Friday 24 February 2017

Socrates dan Yesus


Dalam beberapa hal, Socrates mempunyai kesamaan dengan Yesus.

Baik Yesus maupun Socrates adalah tokoh yang penuh teka-teki, juga bagi rekan-rekan sezaman mereka. Tak satu pun di antara mereka yang menuliskan sendiri ajaran-ajaran nya. Kehidupan Socrates hanya dapat kita ketahui melalui tulisan-tulisan Plato, yaitu salah seorang muridnya. Maka kita terpaksa mempercayai gambaran yang kita dapatkan tentang mereka dari murid-murid mereka.

Mereka berdua adalah jagoan dalam seni diskusi. Yesus selalu berhasil mempermalukan para Ahli Taurat, sedangkan Socrates berdiskusi dengan para pejabat tinggi di Athena menentang hukum Sosial yang sedang berlaku. Mereka berdua berbicara dengan keyakinan diri yang memikat, tetapi juga menjengkelkan orang.

Dan yang tak kalah penting, mereka berdua percaya bahwa mereka berbicara atas nama sesuatu yang lebih besar daripada mereka sendiri. Socrates mengaku bahwa dia menyimpan suara kebenaran yang disebutnya "Suara Ilahi" di dalam dirinya.

Dan akhirnya aktivitas-aktivitas mereka mengakibatkan mereka kehilangan nyawa. Yesus dibunuh dengan Salib, sedangkan Socrates dipaksa meminum racun sebagai hukuman karena dianggap telah menentang dewa Yunani dan menciptakan dewa-dewa baru. Mereka berdua dapat menyelamatkan diri dari hukuman dengan memohon belas kasihan. Yesus dapat saya memohon kepada Bapanya untuk menyelamatkan dia dan menghukum orang yang telah menghukum dia. Socrates dapat mengajukan kelonggaran hukum dengan setuju meninggalkan Athena supaya dia selamat. Namun, mereka merasa mempunyai sebuah misi yang pasti gagal kecuali jika mereka tetap teguh pada pendirian hingga akhir hayat. Dan dengan menyongsong kematian secara berani, mereka berhasil mendapatkan pengikut yang sangat banyak, juga setelah mereka meninggal.

Aku tidak bermaksud menyarankan bahwa Yesus dan Socrates itu sama. Aku hanya ingin menunjukkkan fakta bahwa mereka berdua mempunyai pesan yang terkait erat dengan keberanian priibadi mereka.