Showing posts with label ISLAMOLOGI. Show all posts
Showing posts with label ISLAMOLOGI. Show all posts

Tuesday, 25 March 2014

QADARIYAH DAN JABARIYAH SEBAGAI BUKTI KONTRADIKSI DALAM ISLAM


  •  
  •  
  • ü  Qadariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata قَدَرَ yang artinya kemampuan dan kekuatan. Secara terminologi, qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan . Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa qadariyah dipakai untuk nama suatu aliran yang memberi penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Harun Nasution menegaskan bahwa kaum qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan

    . Menurut Ahmad Amin dalam Rosihon Anwar, sebutan ini diberikan kepada para pengikut faham qadar oleh lawan mereka dengan merujuk hadits yang menimbulkan kesan negatif bagi nama Qadariyah . Hadits tersebut berbunyi: الاْءُمَّةِ هَذِهِ مَجُوْسُ آلْقَدَرِيّةُ artinya: “Kaum Qadariyah adalah majusinya umat ini.

    Dalam Al-Quran dapat dijumpai ayat-ayat yang dapat menimbulkan faham qadariyah sebagaimana disebutkan diatas , diantaranya adalah:
    Dalam surat al-Ra’d ayat 11, Allah berfirman:
    “Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri”.

    Dalam surat Fushshilat ayat 40, Allah berfirman:
    “Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan”.

    Dalam surat al-Kahfi ayat 29, Allah berfirman:
    “Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”.

    Dengan demikian faham qadariyah memiliki dasar yang kuat dalam Islam, dan tidaklah beralasan jika ada sebagian orang menilai faham ini sesat atau keluar dari Islam.

    Hal ini sangat bertentangan dengan paham Jabariyah berikut ini berdasarkan ayat dalam al-Qur’an sendiri banyak terdapat ayat-ayat yang melatar belakangi lahirnya faham jabariyah di antaranya:
    Dalam surat Ash-Shaffat ayat 96, Allah berfirman:
    “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”.

    Dalam surat Al-An’am ayat 111, Allah berfirman:
    “Mereka tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki”.

    Dalam surat Al-Anfal ayat 17, Allah berfirman:
    “Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar”.

    Ayat-ayat diatas terkesan membawa seseorang pada alam pikiran jabariyah. Mungkin inilah yang menyebabkan pola pikir jabariyah masih tetap ada di kalangan umat Islam hingga kini walaupun anjurannya telah tiada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, manusia dalam paham jabariyah adalah sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Seluruh tindakan dan perbuatan manusia tidak boleh lepas dari aturan dan skenario serta kehendak Tuhan.

    JIKA INGIN BERDEBAT DENGAN ORANG ISLAM TENTANG TAKDIR ATAU PAHAM INI, MAKA TANYA DULU DIA ADA DI POSISI MANA. Bisa di jamin dia tidak akan mau secara terang-terangan mengatakannya karena dalam kaum Ahlusunah sendiri bisa menganut kedua paham ini dan anehnya bagaimana kedua paham yang bertentangan ini bisa berdiri dengan di tolerir.

    Berikut contoh diskusi membahasnya.
  • ü  Pengkhotbah Muda
    Saya mau tanya, apakah segala sesuatu yang dilakukan atau terjadi pada manusia adalah hasil predestinasi atau bukan?
  • ü  Arda Chandra Wah..saya kurang begitu paham soal istilah predestinasi, tolong sampaikan apa maksudnya..
  • ü  Pengkhotbah Muda Mereka yang percaya pada predestinasi, percaya bahwa sebelum Penciptaan, Allah telah menentukan nasib alam semesta di seluruh waktu dan ruang.
  • ü  Arda Chandra Artinya Tindakan 'menentukan segala sesuatu' tersebut ada dalam perspektif ketuhanan, bukan dalam perspektif kemanusiaan/makhluk.

    Dalam ajaran Islam, Allah tidak terikat ruang dan waktu sehingga setiap perbuatan atau keputusan-Nya tidak bisa dikatakan 'sesudah, sebelum, dulu, sekarang, nanti,,", karena semua istilah tersebut terikat dengan konsep waktu.

    Jadi kalau ada rumusan 'sebelum semuanya terjadi, Allah sudah menetapkan' itu merupakan kalimat yang diungkapkan oleh manusia dengan segala keterbatasannya.

    Istilah 'predestinasi' tidak cocok disematkan kepada perbuatan Allah, sebaliknya maun dikatakan 'tidak predestinasi' juga tidak cocok dikaitkan dengan tindakan Allah.

    Umat Islam hanya mempercayai bahwa segala yang terjadi tidak terlepas dari kehendak, kekuasaan, ijin Allah, soal apakah itu dikatakan suda h atau belum ditetapkan, kami tidak memikirkannya..
  • ü  Pengkhotbah Muda Allah telah menulis takdir semua makhluk 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi...(HR.MUSLIM)

    jadi, tanggapan bapak di atas tidak benar donk
  • ü  Pengkhotbah Muda Umat Islam hanya mempercayai bahwa segala yang terjadi tidak terlepas dari kehendak, kekuasaan, ijin Allah, soal apakah itu dikatakan suda h atau belum ditetapkan, kami tidak memikirkannya..
    ======================
    komen ini mengandung sesat pikir yang cukup cerdik. Ingin melarikan diri dari "tanggung jawab" istilahnya.
    Jika memang tidak memikirkan kapannya, maka barang tentu anda tidak akan bisa menentukan apakah itu benar atas kehendak atau ijin Allah, sebab sudah barang tentu kehendak dan perijinan itu berhubungan dengan waktu.
    Dan adalah juga salah jika menghubungkan ketidakterikatan Tuhan dengan jarak dan waktu dengan ketidakmungkinan menyimpulkan waktu kegiatan Allah. Sangat tidak relevan
  • ü  Arda Chandra Bukan cuma itu haditsnya bung Pengkhotbah Muda, tapi ada puluhan hadits lain misalnya :

    “Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah adalah qalam (pena). Allah berfirman kepada qalam tersebut, “Tulislah”. Kemudian qalam berkata, “Wahai Rabbku, apa yang akan aku tulis?” Allah berfirman, “Tulislah takdir segala sesuatu yang terjadi hingga hari kiamat.” (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud).

    Namun sebagai penyeimbang, ada banyak juga ayat Al-Qur'an dan hadist yang menunjukkan suatu peristiwa akan terjadi tergantung usaha yang dilakukan, misalnya ayat yang terkenal :

    Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Ar-Ra'd: 11)

    Ayat tersebut menyatakan secara jelas bahwa kehendak Allah tergantung kepada usaha manusia. Atau ayat lain :

    dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Asy-Syams 7-10)

    Jadi 'tersedia' banyak ayat dan hadits yang bisa mendukung pihak yang pro dan kontra dengan predestinasi (kalau dalam Islam disebut kelompok Qadariyah dan Jabariyah). Masing-masing akan memakai dalil yang sesuai dan tidak memakai dalil yang tidak sesuai. Jadi pertanyaan anda ini 'bukan barang baru' dalam dunia Islam.

    Yang jelas, kalau berdasarkan dalil tentang takdir, dua-duanya ada sehingga kita bisa merumuskan bahwa hubungan takdir dengan ketetapan Allah bukan merupakan sesuatu yang bisa dilihat 'hitam-putih', tapi perlu 'diangkat' lagi dalam pemikiran yang lebih tinggi, bahwa 'takdir' memang ada namun hal tersebut berada dalam perspektif Tuhan, bukan manusia..
    Tidak usah buru-buru dulu membuat kesimpulan karena diskusinya masih panjang..
  • ü  Pengkhotbah Muda
    ya, saya tahu, Qadariyah dan Jabariyah sudah ada sejak lama. Jadi, saya perlu klarifikasi dlu, anda di paham mana pak?
  • ü  Arda Chandra Anda mau mendiskusikan soal konsep takdir atau mau mengetahui saya ikut aliran yang mana bung Pengkhotbah Muda..? Bagaimana kalau pertanyaan anda yang tidak relevan ini disingkirkan saja dan kita lanjut berbincang-bincang soal konsep takdir. nanti setelah dapat gambaran jelas, anda bisa menyimpulkan sendiri saya ikut pemahaman yang mana..
  • ü  Pengkhotbah Muda Saya cukup tertarik dengan komen anda yang mengatakan bahwa takdir itu harus dipahami dalam perspektif Tuhan, emang seperti apa perspektif Tuhan mengenai takdir?
  • ü  Arda Chandra [[[Saya cukup tertarik dengan komen anda yang mengatakan bahwa takdir itu harus dipahami dalam perspektif Tuhan, emang seperti apa perspektif Tuhan mengenai takdir?]]]]

    bahwa takdir itu adalah sesuatu yang melekat kepada 'perbuatan' atau 'aktivitas' Tuhan. maka mengkaitkan takdir dengan dimensi waktu : sesudah, sebelum, nanti, dll tidak tepat disematkan kepada keberadaan takdir.

    Sudah saya sampaikan kelihatannya. Ini adalah pernyataan yang telak' dan sulit dibantah, silahkan anda tolak pernyataan ini :

    1. Tuhan adalah suatu eksistensi yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.
    2. Takdir adalah suatu ketetapan Tuhan yang melekat dengan kehendak dan kekuasaan Tuhan sehingga merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dengan 'aktivitas' Tuhan.
  • ü  Pengkhotbah Muda bahwa takdir itu adalah sesuatu yang melekat kepada 'perbuatan' atau 'aktivitas' Tuhan. maka mengkaitkan takdir dengan dimensi waktu : sesudah, sebelum, nanti, dll tidak tepat disematkan kepada keberadaan takdir.
    ==============================
    sepertinya yang anda sebutkan tersebut lebih cocok disebut nasib, bukan takdir sebab ada tertulis :“ tidak akan kurubah nasib seseorang, ketika ia sendiri tidak mau merubahnya “

    takdir dalam kbbi bersifat azali atau predestinasi :me·nak·dir·kan v (Tuhan) menentukan lebih dahulu (sejak semula):
  • ü  Pengkhotbah Muda bahwa takdir itu adalah sesuatu yang melekat kepada 'perbuatan' atau 'aktivitas' Tuhan. maka mengkaitkan takdir dengan dimensi waktu : sesudah, sebelum, nanti, dll tidak tepat disematkan kepada keberadaan takdir.
    ==========================
    sebenarnya ini sudah di bantah dengan HADITS MUSLIM yang saya kutip tadi...
  • ü  Arda Chandra
    Saya tidak mau bermain istilah. kalau anda menyatakan predestinasi = (Tuhan) menentukan lebih dahulu (sejak semula) maka saya tidak akan memakai istilah tersebut.

    Dalam Islam, takdir adalah suatu kejadian yang terkait dengan ketetapan dan kekuasaan Allah. Dan soal takdir ini termasuk dalam wilayah keimanan, salah satu dari 6 rukun iman, silahkan disimak haditsnya, saya kutip kalimatnya dengan memotong yang revan saja karena haditsnya panjang :

    Dia (malaikat Jibril) bertanya lagi, “Kabarkanlah kepadaku tentang iman?” Beliau (nabi Muhammad) menjawab, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk,” dia berkata, “Kamu benar.” (HR Muslim)

    Bentuk keimanan Muslim terhadap takdir adalah iman kepada KEBERADAAN/EKSISTENSI dari takdir, bukan soal apakah takdir tersebut sudah atau belum ditetapkan. Ini sebenatnya sama karakternya dengan beriman kepada Allah, karena tuntunan Islam tentang ini adalah 'iman kepada KEBERADAAN Allah', bukan kepada 'bentuk' Allah.

    Jadi aliran Qadariyah dan Jabariyah muncul karena mereka berusaha untuk 'menarik' takdir yang seharusnya berada pada domain Ketuhanan kepada domain kemanusiaan yang terikat ruang dan waktu. padahal untunannya bukan demikian..
  • ü  Arda Chandra [[[sebenarnya ini sudah di bantah dengan HADITS MUSLIM yang saya kutip tadi...]]]

    Tet tot..., sudah dijawab :

    Jadi 'tersedia' banyak ayat dan hadits yang bisa mendukung pihak yang pro dan kontra dengan predestinasi (kalau dalam Islam disebut kelompok Qadariyah dan Jabariyah). Masing-masing akan memakai dalil yang sesuai dan tidak memakai dalil yang tidak sesuai. Jadi pertanyaan anda ini 'bukan barang baru' dalam dunia Islam.

    Yang jelas, kalau berdasarkan dalil tentang takdir, dua-duanya ada sehingga kita bisa merumuskan bahwa hubungan takdir dengan ketetapan Allah bukan merupakan sesuatu yang bisa dilihat 'hitam-putih', tapi perlu 'diangkat' lagi dalam pemikiran yang lebih tinggi, bahwa 'takdir' memang ada namun hal tersebut berada dalam perspektif Tuhan, bukan manusia..
  • ü  Pengkhotbah Muda Jadi 'tersedia' banyak ayat dan hadits yang bisa mendukung pihak yang pro dan kontra dengan predestinasi (kalau dalam Islam disebut kelompok Qadariyah dan Jabariyah). Masing-masing akan memakai dalil yang sesuai dan tidak memakai dalil yang tidak sesuai. Jadi pertanyaan anda ini 'bukan barang baru' dalam dunia Islam.

    Yang jelas, kalau berdasarkan dalil tentang takdir, dua-duanya ada sehingga kita bisa merumuskan bahwa hubungan takdir dengan ketetapan Allah bukan merupakan sesuatu yang bisa dilihat 'hitam-putih', tapi perlu 'diangkat' lagi dalam pemikiran yang lebih tinggi, bahwa 'takdir' memang ada namun hal tersebut berada dalam perspektif Tuhan, bukan manusia..
    =============
    tetot..jawaban ini tidak nyambung, paragraf pertama tidak menyinggung tentang waktu sama sekali, sementara paragraf kedua sudah di bantah di ats
  • ü  Pengkhotbah Muda Saya tidak mau bermain istilah. kalau anda menyatakan predestinasi = (Tuhan) menentukan lebih dahulu (sejak semula) maka saya tidak akan memakai istilah tersebut.
    =-==============
    tidak ada yang bermain istilah. Adalah penting untuk menggunakan istilah yang tepat supaya tidak terjadi kesalahpahaman dan debat kusir.
    Ya, sudah kalau anda tidak menggunakannya,silahkan pakai yang versi bahasa arab yang mengartikan takdir yang selama ini kita terjemahkan, dan apa makna kata tersbut dalam padanan bahasa Indonesia yang tepat
  • ü  Arda Chandra [[[tetot..jawaban ini tidak nyambung, paragraf pertama tidak menyinggung tentang waktu sama sekali, sementara paragraf kedua sudah di bantah di ats]]]

    Tidak nyambung gimana bung Pengkhotbah Muda..? anda mengutip hadits Muslim untuk dalil bahwa takdir sudah ditetapkan terlebih dahulu, saya sudah bantah bahwa banyak dalil yang mendukung pihak yang pro dan kontra predestinasi. Anda mau mengajukan dalil yang mendukung, saya juga mengajukan dalil yang menolak. Apakah saya harus bicara bahwa anda hanya mengungkapkan dalil dari salah satu pihak saja dan mengabaikan dalil dari pihak yang berseberangan..?
  • ü  Pengkhotbah Muda Anda selalu mengatakan ada bnyak hadits yang pro dan kontra predestinasi, sementara, saya cari2 di atas, anda sama sekali tidak menunjukkan satu hadits pun yang kontra predestinasi. Silahkan paparkan di sini pak untuk membuktikan klaim anda
  • ü  Arda Chandra
    Allah akan bukakan pintu doa dan menjadikannya sebagai penolak takdir dengan seizin-Nya. Ini bukan pendapat atau pengakuan seseorang, tetapi jelas diterangkan oleh nash hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, dan Al Hakim, serta diakui keshahihannya oleh Adz Zhahabi.

    Nash (dalil) hadits yang dimaksud ialah hadits dari Sulaiman yang berkata,
    bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada yang dapat menolak takdir (ketentuan Allah) kecuali doa dan tidak ada yang dapat menambah umur kecuali berbuat kebaikkan." (HR Tirmidzi dalam kitab sunannya)

    Kemudian, dalam Sunan Ibnu Majah disebutkan: "Dan tidak ada yang dapat menambah umur kecuali berbuat kebaikkan. Tidak ada yang tidak dapat menolak takdir kecuali doa. Dan sesungguhnya seseorang laki-laki akan diharamkan baginya rezeki karena dosa yang diperbuatnya." (HR. Ibnu Majah dalam kitab sunannya).

    Ini juga termasuk hadits untuk merubah takdir :

    diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim dari Annas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menginginkan agar diluaskan rezekinya dan dilambatkan ajalnya, hendaklah ia bersilaturahmi."

    Selain ayat-ayat Al-Qur'an yang sudah saya kutip diatas..
  • ü  Pengkhotbah Muda Nah, jika dengan adanya pro dan kontra demikian, jadi takdir tentang yang akan datang di Lauh Mahfuz itu tidak benar donk., sebab banyak takdir yang berubah,
  • ü  Arda Chandra dalil yang kontra predestinasi :

    Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami Telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (Q.S. Al-Kahfi 18:29)

    Dan Mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu Telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Q.S.Ali Imran 3:165)

    Dalil yang pro predestinasi :

    QS ash-Shaffat: 96
    Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".

    QS al-Anfal: 17
    Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka

    QS al-Insan: 30
    Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
  • ü  Pengkhotbah Muda Unik sekali bagaimana anda berani mempost pro dan kontra dalam Islam baik dari hadits maupun Alquran, apakah anda setuju adanya kontra di hadits dan Alquran?
  • ü  Arda Chandra [[[Nah, jika dengan adanya pro dan kontra demikian, jadi takdir tentang yang akan datang di Lauh Mahfuz itu tidak benar donk., sebab banyak takdir yang berubah,]]]]

    Apa itu lauh mahfudz..?? tidak seorangpun tahu bagaimana bentuknya. Apakah berupa tulisan seperti hanya buku..? atau berupa 'program interaktif' yang bisa berubah karena adanya 'input dan output..?? seperti halnya software komputer.

    Qurthubi mengatakan :

    "Menurut Tafsir Qurtubi, semua takdir makhluk Allah telah ditulis-Nya di Lauh Mahfuzh, bisa saja dihapus/diubah oleh Allah atau Allah menetapkan sesuai dengan kehendak-Nya. Kemudian yang dapat mengubah takdir yang tertulis dalam Lauh Mahfuz itu hanya doa dan perbuatan baik/usaha. Nabi Muhammad bersabda: Tiada yang bisa mengubah takdir selain doa dan tiada yang bisa memanjangkan umur kecuali perbuatan baik. Lauh Mahfuzh akan kekal selamanya karena ia termasuk makhluk yang abadi"
  • ü  Arda Chandra [[[Unik sekali bagaimana anda berani mempost pro dan kontra dalam Islam baik dari hadits maupun Alquran, apakah anda setuju adanya kontra di hadits dan Alquran?]]]

    Pro dan kontar terjadi karena aliran tersebut telah 'menarik' persoalan takdir yang seharusnya merupakan domain ketuhanan menjadi domain makhluk. Sudah saya sampaikan sebelumnya..

    "Yang jelas, kalau berdasarkan dalil tentang takdir, dua-duanya ada sehingga kita bisa merumuskan bahwa hubungan takdir dengan ketetapan Allah bukan merupakan sesuatu yang bisa dilihat 'hitam-putih', tapi perlu 'diangkat' lagi dalam pemikiran yang lebih tinggi, bahwa 'takdir' memang ada namun hal tersebut berada dalam perspektif Tuhan, bukan manusia.."
  • ü  Arda Chandra
    Takdir HARUS DILETAKKAN pada perspektif Tuhan, bukan maksudnya bagaimana Tuhan menjelaskan soal takdir lalu harus ada firman Tuhan sendiri yang bicara soal takdir. Bukan itu maksudnya. PEERBUATAN takdir tersebut ada pada domain ketuhanan, karena merupakan 'aktivitas' Tuhan maka keberadaan takdir tidak terikat ruang dan waktu. Apakah jawaban ini kurang jelas buat anda karena kelihatannya anda hanya mengulang-ulang pertanyaan yang sama dan pasti akan saya ulangi lagi jawabannya..


  • ü  Arda Chandra Saya mau pamit dulu, silahkan disampaikan tangtgapan anda, dan silahkan dibaca-baca tulisan ini :

    Al-Qur’an menyebutkan bahwa surga merupakan sesuatu yang ‘diwariskan’ kepada orang-orang yang beriman dan bertaqwa, beberapa ayat yang menyatakan hal tersebut antara lain pada surat az-Zukhruf 72 al-Mu’minuun 10-11. Arti kata ‘waris’ umumnya dimaknai sebagai ‘sesuatu yang seharusnya dimanfaatkan oleh seseorang namun karena satu suatu sebab pemanfaatannya dialihkan kepada orang lain’, maka muncul pertanyaan :”Jadi milik siapa seharusnya surga yang telah diwariskan kepada orang beriman tersebut..?”.

    Para ulama menafsirkan bahwa semua manusia sebenarnya telah disediakan Allah ‘kapling’- nya masing-masing di surga maupun di neraka. Disaat manusia tersebut memilih untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah maka ketika dia masuk surga terjadi ‘serah-terima’ kapling yang sudah disediakan tersebut, ditambah dengan kaplingan orang lain yang bernasib sial tidak dapat memanfaatkannya. Mengapa orang lain tersebut tidak bisa memiliki surga yang sudah disediakan buat dirinya..?? karena dia telah memilih untuk ingkar kepada Allah sehingga masuk ke neraka, maka serah-terima terjadi untuk bagiannya di neraka yang memang sudah disediakan. Lalu karena tempat orang beriman di neraka tidak diisi disebabkan dia masuk surga, maka kaplingannya tersebut diwariskan kepada orang yang ingkar dan berdosa. Makanya dalam ayat yang lain Allah mengatakan : Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahmaan: 46). Bahkan Allah menginformasikan surga yang diwariskan kepada orang yang beriman dan bertaqwa tersebut lebih dari satu : Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi (Ar-Rahmaan: 62).

    Informasi Al-Qur’an ini mengungkapkan soal takdir, memang benar bahwa ketika manusia berada didalam kandungan, Allah sudah menetapkan takdirnya :

    Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata : bahwa Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga. [Bukhari no. 3208, Muslim no. 2643]

    Perlu diketahui bahwa yang dinamakan ‘takdir’ seorang manusia berada dalam pengetahuan Allah, kita tentu saja bisa menerima kalau Allah mengetahui apapun nasib yang akan kita terima kelak, karena Dia memang Maha Mengetahui, namun karena takdir tersebut berada dalam pengetahuan Allah, dan Allah adalah suatu eksistensi yang tidak terikat dengan ruang dan waktu, maka kita tidak bisa mengatakan takdir tersebut ‘telah’ ditetapkan dan ‘akan’ terjadi, karena hal tersebut sama saja artinya kita telah menempatkan pengetahuan Allah tersebut dalam konteks ruang dan waktu. Yang bisa kita terima dalam memahami takdir ini hanyalah : bahwa Allah mengetahui nasib yang kita jalani, cuma itu..

    Berikutnya, tidak ada diantara manusia yang mengetahui bagaimana nasibnya kelak, apakah dia masuk neraka atau surga. Kondisi inilah yang kemudian menjadikan manusia bisa fokus terhadap perbuatan yang dilakukannya sekarang. Sejauh yang bisa diperkirakan, kita berusaha untuk menimbang semuanya dari jejak perbuatan yang kita lakukan. Seorang yang memilih untuk taat dan patuh kepada Allah memperkirakan kelak dirinya akan masuk surga, sebaliknya orang yang memilih untuk ingkar maka hati nuraninya akan berbicara tentang kemungkinan dia masuk neraka.

    Munculnya aliran-aliran Jabariyah dan Qadariyah tentang takdir, yang satu menyatakan posisi manusia yang tidak berbuat apa-apa terhadap nasib yang akan diterimanya kelak, dan sebaliknya menyatakan nasib manusia ditentukan oleh hasil usahanya sendiri dan Tuhan tidak ikut-campur, merupakan pemahaman yang ‘salah posisi’, karena telah melihat takdir dari sudut pandang pengetahuan Allah. Seharusnya sebagai manusia yang terkait dengan takdir tersebut, kita menempatkan diri sebagai manusia juga, yang memiliki pengetahuan dibatasi oleh ruang dan waktu, dan ketidak-tahuan kita terhadap bentuk takdir yang akan diterima kelak. Dengan menempatkan posisi demikian maka sikap yang muncul tentang takdir kita sendiri adalah : Kita meyakini Allah mengetahui apa yang akan kita alami nantinya, dan porsi kita adalah tidak memikirkan bagaimana hasilnya, melainkan berusaha untuk mendapatkan takdir yang terbaik untuk diri sendiri.
  • ü  Pengkhotbah Muda Takdir HARUS DILETAKKAN pada perspektif Tuhan, bukan maksudnya bagaimana Tuhan menjelaskan soal takdir lalu harus ada firman Tuhan sendiri yang bicara soal takdir. Bukan itu maksudnya. PEERBUATAN takdir tersebut ada pada domain ketuhanan, karena merupakan 'aktivitas' Tuhan maka keberadaan takdir tidak terikat ruang dan waktu. Apakah jawaban ini kurang jelas buat anda karena kelihatannya anda hanya mengulang-ulang pertanyaan yang sama dan pasti akan saya ulangi lagi jawabannya.
    ===================
    percuma saja anda mengulangnya krena jawaban anda tidak tepat sasaran.
    saya minta klarifikasi lagi tentang arti perspektif Tuhan dan domain Tuhan yang anda maksud?? Krn sesuai dengan kalimat anda mengindikasikan bahwa ayat2 tentang takdir tidak boleh di tafsir donk??
    Apa2an ini? Masak ayat tidak boleh di tafsir??
    Jelaskan itu dlu biar tidak jadi debat kusir
  • ü  Arda Chandra
    Menurut saya anda ssebenarnya sudah 'membentur tembok' dengan jawaban yang tidak akan bisa anda tolak ini :

    1. Tuhan adalah suatu eksistensi yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.
    2. Takdir adalah suatu ketetapan Tuhan yang melekat dengan kehendak dan kekuasaan Tuhan sehingga merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dengan 'aktivitas' Tuhan.

    dan yang tersisa hanya 'semangat' untuk mencari celah agar bisa mementahkannya, lalu satu-satunya jalan adalah melakukan ad nauseam (yang sudah merupakan hobby anda dalam berdiskusi sebelumnya).

    Saya tidak perlu mengulang lagi jawabannya, anda mau terima terserah anda, mau menolak juga urusan anda. saya yambahkan lagi soal perkembangan pemikiran terkait takdir ini dalam sejarah pemikiran Islam.

    Para ulama membedakan antara takdir (qadar) dengan nasib (qadha), ini penjelasan ringkas yang cukup mewakili pengertiannya :

    "Para ulama’ berbeda pendapat tentang perbedaan antara kedua istilah tersebut. Sebagian mengatakan bahwa Qadar adalah kententaun Allah sejak zaman azali (zaman yang tak ada awalnya), sedangkan Qadha’ adalah ketetapan Allah terhadap sesuatu pada waktu terjadi.

    Maka ketika Allah menetapkan sesuatu akan terjadi pada waktunya, ketentuan ini disebut Qadar. Kemudian ketika telah tiba waktu yang telah ditetapkan pada sesuatu tersebut, ketentuan tersebut disebut Qadha’. Masalah ini (Qadha’) banyak sekali disebut dalam Al-Qur’an, seperti firman Allah."

    kalau diamati maka sebenarnya tidak ada perbedaan objek dari istilah qadha dan qadar, hanya berbeda dalam prosesnya saja. Qadar/takdir itu sesuatu yang mash berada dalam ilmu/ide/kecerdasan Tuhan sedangkan qadha terkait dengan ide yang sudah diaplikasikan. Sebagai analogi misalnya seorang insinyur mau merancang desain sebuah mobil baru. Sebelum mobil tersebut diproses dipabrik, maka bentuknya sudah ada dalam otak si insinyur, lalu dia menggambarkannya diatas kertas, baru diproses dalam pabrik menjadi sebuah mobil. Bentuk desain antara yang ada di kepala, pada gambar dan bentuk nyatanya adalah sama.

    Demikian pula dengan takdir. Takdir berada pada ilmu/ide/kecerdasan Allah, lalu ketika terjadi maka takdir tersebut dikatakansebagai nasib/qadha. Bedanya adalah ide dalam otak manusia terikat dengan keberadaan manusia, artinya terikat dengan ruang dan waktu. Sedangkan takdir yang ada dalam ide/gagasan/ilmu/kecerdasan Allah berada dalam diri Allah, menyatu dengan-Nya dan tidak terikat ruang dan waktu.


  • ü  Pengkhotbah Muda Takdir HARUS DILETAKKAN pada perspektif Tuhan, bukan maksudnya bagaimana Tuhan menjelaskan soal takdir lalu harus ada firman Tuhan sendiri yang bicara soal takdir. Bukan itu maksudnya. PEERBUATAN takdir tersebut ada pada domain ketuhanan, karena merupakan 'aktivitas' Tuhan maka keberadaan takdir tidak terikat ruang dan waktu. Apakah jawaban ini kurang jelas buat anda karena kelihatannya anda hanya mengulang-ulang pertanyaan yang sama dan pasti akan saya ulangi lagi jawabannya..
    =================================
    jelas saja saya akan mengulang2nya terus, krn jawaban anda strawman melulu, bahkan sama sekali hanya memutar2 kalimat, bukan menjawab, seperti, "kenapa jawabannya ya? Yakni karena jawabannya bukan tidak"

    lets see :
    *saya tanya :bagaimana perspektif Tuhan yang anda maksud bung??
    *anda jawab :Takdir HARUS DILETAKKAN pada perspektif Tuhan, bukan maksudnya bagaimana Tuhan menjelaskan soal takdir lalu harus ada firman Tuhan sendiri yang bicara soal takdir..
    Tapi di kalimat berikutnya anda sama sekali tidak menjelaskan bagaimana perspektif Tuhan itu, melainkan anda mengulang kembali dengan state : maksudnya. PEERBUATAN takdir tersebut ada pada domain ketuhanan, karena merupakan 'aktivitas Tuhan .

    Saya mohon di jelaskan dengan gamblang arti " MELETAKKAN DALAM PERSPEKTIF TUHAN " yang anda maksud, dan tunjukkan bahwa perspektif anda dalam menjelaskan itu tidak berbenturan dengan apa yang sedang anda jelaskan.
    Melihat dari tulisan anda, seperitnya anda ini Qadariyah.Ma'bad Al jauhani adalah seoranga tabi'in yang menganut paham Qadariyah, yang akhirnya di bunuh sebab ada hadits berbunyi:
    الاْءُمَّةِ هَذِهِ مَجُوْسُ آلْقَدَرِيّةُ artinya: “Kaum Qadariyah adalah majusinya umat ini.
  • ü  Pengkhotbah Muda Para ulama menafsirkan bahwa semua manusia sebenarnya telah disediakan Allah ‘kapling’- nya masing-masing di surga maupun di neraka. Disaat manusia tersebut memilih untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah maka ketika dia masuk surga terjadi ‘serah-terima’ kapling yang sudah disediakan tersebut, ditambah dengan kaplingan orang lain yang bernasib sial tidak dapat memanfaatkannya.
    ==========================
    argumen anda dan ulama anda berbenturan dengan ayat Dalam surat Al-An’am ayat 111, Allah berfirman:
    “Mereka tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki”.

    Jadi, memang bukan hanya sebatas rancangan, tapi sebuah keputusan final itu ada di tangan Tuhan, bukan seperti yang anda gambarkan selama ini, bahwa manusia bisa merubah takdirnya sendiri.

    Maka otomatis argumen anda yang ini : Mengapa orang lain tersebut tidak bisa memiliki surga yang sudah disediakan buat dirinya..?? karena dia telah memilih untuk ingkar kepada Allah sehingga masuk ke neraka,

    juga gugur
  •  
  • ü 

  •  
  •  

Wednesday, 3 April 2013

PARANORMAL VS ISLAM


Saya mendapat ilmu baru dari video ini http://www.youtube.com/watch?v=T3MV4EHj6Rs&feature=related

Pertama, saya ingin bahas dari isi video dulu,
Dalam video itu jelas bahwa para ulama sekali pun kalah telak debat dengan paranormal, karena defenisi mengenai atau pemahaman ulama tentang pranormal adalah salah
Mereka tak tahu, bahwa pranormal banyak golongannnya juga, termasuk pengobatan alternatif.Tapi, dengan entengnya salah satu anggota ulama berani menfatwakan SYIRIK terhadap paranormal.
Itu salah satu bukti kecerobohan.

Kedua, ternyata paranormal di video ini lebih menguasai Alquran dan hadist dalam hal ghaib dan medis, jelas, para ulama disni kalah telak dan hanya berani mengatakan bahwa mereka salah.

DARI PEMBICARAAN MEREKA saya mendapat ilmu baru yang ternyata mengejutkan
1. Ternyata pernah ada kasus dimana seorang anak kecil umuran 8 tahun bernama Ibnu Sayad yang tidak mengakui Muhammad sebagai nabi,ketika Muhammad datang ke daerah itu dan melintasi anak2 yang sedang bermain, hampir semua anak2 menghampiri Muhammad kecuali anak yang satu itu.
Ketika Muhammad tanya "mengapa kamu tidak berdiri dan menghampiriku. Apakah kamu tidak mengakui ku sebagai Rasulullah?" Anak itu menjawab iya, tiba2 LANGSUNG HENDAK DIPENGGAL KEPALANYA OLEH UMAR KHATAB (atau siapalah, pokoknya sahabat Muhammad deh,aku dengarnya yang ini).

Jadi, nyata sudah makna dari ayat Qs 9:29 " PERANGI MEREKA YANG TIDAK PERCAYA PADA AULOOH ATAU HARI KIAMAT, ATAU MAKANAN HALAL, PARA AHLI KITAB (KRISTEN) YANG TIDAK PERCAYA ISLAM HARUS BAYAR PAJAK JIZYA DENGAN SIKAP TERHINA, JIKA MEREKA TIDAK BAYAR ATAU TIDAK MAU MEMELUK ISLAM, MAKA BUNUH MEREKA
 Islam agama damai hanya bullshit dan kedok.
Nyatanya, perkembangan awal Islam dilakukan dengan PEDANG, PENJARAHAN, dan pemaksaan. Ini tidak bisa disanggah, tapi fakta. Buktinya di atas.

2. Kisah selanjutnya memang anak itu dilepas oleh Muhammad, dan ternyata anak itu menjadi ORANG YANG SOLEH DAN KEMUDIAN PUNYA UMAT DAN DIANGGAP SEBAGAI NABI OLEH PENGIKUTNYA.

Itu yang saya dengar dari penuturan ulama dalam video di atas. Karena hal itu, Muhammad dan sahabatnya geram, dan hendak berperang dengan mereka, dan ternyata Ibnu Sayad itu punya keahlian semacam debus, ditusuk tidak mempan.
Tapi, akhirnya memang dapat dipenggal kepalanya oleh sahabat Muhammad.

Ada beberapa hal yang saya garis bawahi, ternyata anak itu HIDUPNYA SOLEH, LALU PUNYA UMAT.
Bukan dia yang mengaku nabi. Bukan dia yang mau menentang dan berperang dengan kaum Muhammad.
Dari sini kita lihat perbedaannya,
* Muhammad mengaku-ngaku nabi
* Anak itu hidupnya soleh dan lalu dianggap nabi oleh umatnya
* Anak itu punya kemampuan, sedangkan Muhammad tidak

Jauh sekali perbedaannya, bahkan untuk dalam dikategorikan mana yang lebih cocok dianggap nabi dari antara dua tokoh ini, lebih pantas anak itu.

3. PARANORMAL (ga semua bernada negatif) di katakan musrik oleh ulama.
Padahal paranormal banyakan pakai media alternatif dalam berobat seperi tekni psikologi, dan herbal, dalam mengobati.
Dan ternyata pemahaman Alquran mengenai paranormal(saya rasa cuma terjemahan yang buat konsepnya jadi salah)  juga demikian, ada ayat yg mengatakan bahwa siapa yang mendatangi dukun dan paranormal adalah syrik.
Jika dikatakan paranormal, itu universal (menurut forum paranormal dunia), tak semuanya bernada negatif.

Jadi, Alquran jelas salah kaprah.
Alquran juga mengakui bahwa pengobatan dan hal gaib boleh dinyatakan Allah melalui media2 tertentu.
Paranormal mengakui, mereka dan media mereka juga hanya media pengobtan, bukan menganggap lantas mereka yang punya kuasa mengobati. 
Jadi, mendatangi paranormal tertentu sebenarnya tidak salah. PARANORMAL TERTENTU.
Contoh, dalam Quran surah 27 dimana nabi Sulaiman mendatangi seorang prajurit yang mampu memindahkan istana dari satu tempat ke tempat lain hanya dalam satu kejapan mata,,,,iTU YANG dikatakan oleh salah seorang paranormal dalam video di atas, dan saya rasa hal ini tepat sekali. ULAMA KALAH TELAK DALAM HAL INI

4. Dalam suatu hadits juga mengatakan bahwa seorang yang penyakit ayan , jika penyakitnya kumat, auratnya selalu terbuka, mendatangi nabi dan minta disembuhkan. Lalu muhammad bilang, BERSABARLAH DALAM PENYAKIT SEMOGA KELAK  NANTI MASUK SORGA, atau Muhammad berdoa sampai dia sembuh.
Karena janji muluk2 akan sorga, akhirnya orang itu hanya ingin bersabar, sampai wafatnya agar lebih baik masuk sorga, dan juga minta didoakan Muhammad agar kalau penyakitnya kambuh, tidak terbuka auratnya.

INI ADLAH DOKTRIN YANG SANGAT BODOH MENURUT SAYA, MAAF, TAPI INI HANYA PENDAPAT SAYA YA.
Kenapa?? Karena tidak semua penyakit itu datang dari ilahi, ada penyakit yang memang dari diri kita sendiri, ada yang dari orang lain atau lingkungan.
Jika penyakit itu dari diri kita sendri, bukankah adalah hal bodoh jika kita terlena dengan penyakit itu dan tetap tidak berobat hanya karena berharap SORGA ALA MUHAMMAD??
Atau, apakah memang, ALLOH SWT menghendaki semua umatnya penyakitan??

5. Ternyata Jin pernah diberikan kitab oleh Alloh swt.
INI ADALAH PERTANYAAN BESAR.
BUAT APA JIN DIBERIKAN KITAB OLEH ALLOH??? APA ISI KITAB ITU?? BUKANKAH SUDAH PASTI ISI KITAB ITU ADALAH BERISI PENYESATAN2??
NAH, JIKA MEMANG ISIINYA BERUPA PENYESATAN2, DAN KITAB ITU DARI SANG ILAHI YANG SEHARUSNYA TIDAK PUNYA SIFAT BURUK, MAKA ITU BERARTI ALLOH SWT MENGIJINKAN PENYESATAN, DAN MENGINGINKAN PENYESATAN.
MAKA NYATALAH AYAT QS 35:8 DAN QS 4: 88

PErtanyaan lagi, buat apa SANG ILAHI IKUT2AN MENYESATKAN??MAU JADI SAINGAN SETAN KAH?? ATAU MEMANG TUANNYA SETAN??
ATAU MEMANG MENGHENDAKI UMATNYA MASUK NERAKA KAH??
KALAU POIN INI RASANYA MEMANG BENAR, KARENA ADA DI ALQURAN BAHWA ALLOH SWT AKAN MEMENUHI NERAKA DENGAN MANUSIA DAN SETAN

6. Tamabahan dari saya, sejauh pengalaman saya yang telah sering berhadapan dengan para dukun, semua dukun ternyata menggunakan kata BISMILLAH.ENTAHKAH ITU MAU MENYANTET.
JIKA NAMA ALLOH SWT ADALAH AGUNG DAN SUCI SEHARUSNYA HAL-HAL MUSYRIK MENGATASNAMAKAN NAMA ILAHI TIDAK AKAN MEMPAN.

sEKIAN DULU ULASAN PENGKHOTBAH

NB: POIN2 YANG SAYA BERIKAN ITU BERDASARKAN DIALOG DI ATAS DAN BERDASARKAN PERKATAAN ULAMA ITU. JADI, SAYA LANGSUNG BUATKAN NOTE INI. JADI, JIKA ADA KESALAHAN PENGUTIPAN, BERDASARKAN DIALOG DI VIDEO ITU ATAU DARI SUMBER ASLI DARI HADIST, BOLEH SHARE DI SINI

BErpikir bijak lah.

PENYAKIT KRONIS MUHAMMAD BUTA SEJARAH

BEBERAPA MASALAH DALAM ALQURAN.

1.               
Berapa harikah Karya Penciptaan Terlaksana?

Masalah
pertama dalam Alquran yaitu menyangkut berapa harikah karya penciptaan
dilakukan oleh Tuhan?

Bila kita menjumlah
semua hari yang disebutkan dalam Surat 41: 9, 10,12 anda akan mendapatkan
jumlah 8 hari yang diperlukan Tuhan untuk melakukan karya penciptaanNya (4 hari
+ 2 hari + 2 hari = 8 hari)

Tetapi menurut Alkitab (Kitab kejadian 1:31) hanya 6 hari yang diperlukan Tuhan
untuk menciptakan
alam semesta.

Jadi kesimpulannya Alquran sudah bertentangan dengan Alkitab sejak dimulai bab
I dari Alkitab.

Seorang sahabat Muslim berkeberatan atas hal ini dengan menyatakan bahwa teks
Alkitab berbahasa Ibrani tidak diragukan lagi pasti salah dalam hal ini dan
bahwa yang benar adalah 8 hari.

Tetapi fakta menyatakan
bahwa tidak ada bukti dalam naskah-naskah Alkitab berbahasa Ibrani mengenai
adanya kesalahan. Selain itu, ada ayat lain dalam Alkitab yang menyatakan bahwa
Tuhan menciptakan alam semesta dalam 6 hari (keluaran 20:11).


Kemudian Quran menunjukkan
bahwa di Alquran dalam Surat 7:51 dan 10:3 mengakui perhitungan Alkitab bahwa
karya penciptaan tuhan dilakukan dalam 6 hari. Kalau 6 hari itu salah, itu
berarti Surat 7 dan 10 dalam Alquran juga salah. Tetapi kalau 8 hari salah,
Surat 41 juga salah.

2. Nuh,
Air Bah, dan Putera-Putera Nuh


Menurut Alkitab, tiga putera Nuh semuanya masuk ke bahtera bersama dengan Nuh
dan mereka semua diselamatkan dari air bah (kejadian 7:1,7,13)


Namun, Alquran dalam Surat 11:32-48 menyatakan bahwa salah satu dari putera Nuh
menolak masuk bahtera dan akhirnya tenggelam dalam air bah.


[ Sementara Surat 21:76,77 mengisyaratkan Nuh beserta seluruh keluarganya
seelamat semua]


Surat 11:44 juga menyatakan bahwa bahtera itu bersandar di atas gunung Judi
sementara Alkitab mengatakan di atas gunung Ararat. (sekelompok peneliti dari China dan
Turki yang tergabung dalam 'Noah's Ark Ministries International' selama
bertahun-tahun mencari sisa-sisa perahu legendaris tersebut. Dan pada, 26
April 2010 mereka mengumumkan mereka menemukan  perahu Nabi Nuh di Turki.
Mereka mengklaim menemukan sisa-sisa perahu Nabi Nuh berada di ketinggian 4.000
meter di Gunung Ararat, di Turki Timur). Dalam hal ini sungguh sangat jelas perbedaan antara Alkitab
dan Alquran.

3. Kesalahan-Kesalahan
Berkaitan Dengan Abraham


Alquran membuat banyak sekali kesalahan mengenai Abraham.


3.1. Alquran
menyatakan bahwa nama ayah dari Abraham adalah Azar (Surat 6:740, tetapi
Alkitab mengatakan namanya Terah.


[ Alkitab Tetap mencatat nama Terah
turun-temurun dari anak-anak Abraham, yaitu kaum yahudi dan nabi-nabi yahudi.
Dan baru setelah lewat 2500 tahun tiba-tiba ada orang lain yang non-Yahudi yang
memberi nama yang berbeda, bukan karena mau mengkorupi melainkan karena salah
wahyu atau tidak paham saja].


3.2. Dia tidak
tinggal dan menyembah Tuhan di lembah Mekah (Surat 14:37) tetapi di Hebron
sesuai Alkitab. [Setting Palestina tiba-tiba digiring menjadi setting Arab].


3.3. Menurut
Alkitab, anaknya yang bernama Ishak yang akan dikorbankan, bukan Ismael seperti
yang dianggap dinyatakan oleh Alquran (Surat 37:100-12). [tidak ada nama Ismael
disebut di sini, kecuali disebut “seorang anak
”. Orang Muslim haruslah amat heran kenapa Quran ragu menyebutkan
sesuatu yang harus dikoreksikannya dengan lantang? Para pakar sangat logis
menduga Muhammad takut ditertawakan oleh orang yahudi/Kristen yang tahu persis siapa anak
tersebut].


3.4.  Abraham mempunyai 8 anak, bukan 2 sebagaimana
yang dinyatakan dalam Alquran (seperti yang “diketahui” oleh Muhammad)


3.5.  Abraham mempunyai 3 istri dan bukan 2
sebagaimana yang dinyatakan dalam Alquran.


3.6. Dia tidak
membangun Kaabah, walaupun Alquran menyatakan demikian (Surat 2:125-127) [Setting Palestina tiba-tiba menjadi setting
Arab]


3.7. Dia tidak
dilemparkan ke dalam api oleh Nimrod sebagaimana yang dinyatakan oleh Alquran
dalam Surat 21:68,69 dan 9:69.

3.8. Raja Namrud (hidup sekitar tahun 2275 SM- 1943 SM) juga disebut eja Namrudz bin Kan'aan (Arab
نمرود بن كنعان, Inggris Nimrod,Bahasa Ibrani:
נִמְרוֹד, Piawai Nimrod
Tiberias נִמְרֹד ;
Nimrōḏ) (2275 SM – 1943 SM) silsilah Nimrod adalah
Nuh-Ham-Kusy-Nimrod. (Abraham
bin Terah?????)


Kesalahan
terakhir ini (no 3.7) adalah sangat mencolok seriusnya karena menimbulkan
masalah secara kasat mata dalam Alquran. Sebab Nimrod hidup beberapa abad
sebelum Abraham!


Bagaimana mungkin Nimrod mendalangi pelemparan Abraham ke dalam api, karena
waktu Abraham Nimrod sudah mati beberapa abad sebelumnya?

4. Waktu Linear


Cerita dan legenda –legenda Arab mencampuradukkan tempat-tempat, orang-orang
dan peristiwa-peristiwa dalam satu penampakan yang sama solah-olah mereka semua
hidup pada waktu yang sama.


Itulah sebabnya mengapa dalam Alquran, nama-nama seperti Nimrod dan Abraham,
Haman dan Musa, Maria dan Harun, dan lain-lain, semuanya digambarkan
seolah-olah mereka hidup dan bekerja dalam waktu yang sama.


Hal itu juga menjadi penyebab mengapa Alquran dapat mencampuradukkan air bah
dan Musa, menara Babel dan Firaun, dll seolah-olah semuanya itu terjadi pada
saat yang sama.


Ini merupakan suatu ancaman serius bagi integritas Alquran karena hal itu
merusak kronologis sejarah Alquran, sejarah Alkitab dan sejarah sekuler
semuanya.


5. Kesalahan
Mengenai Yusuf


 Alquran membuat kesalahan ketika menyatakan bahwa
orang yang membeli Yusuf, anak yakub, adalah bernama Aziz (Surat 12:21 ff)
padahal namanya adalah Potifar (Kejadian 37:36)


[ Nama Potifar melegenda turun-temurun sejak Taurat Musa. Sejarah mana yang
pernah memperkenalkan nama Aziz? Nabi mana yang pernah menyebut nama tersebut,
kecuali seorang Nabi dari Arab yang datang sangat terlambat untuk
“mengoreksinya”?].


6. Kesalahan
Mengenai Musa


Alquran mengandung banyak kesalahan mengenai Musa:


6.1. Orang
yang mengadopsi Musa bukanlah istri Firaun seperti yang dinyatakan oleh Alquran
dalam Surat 28:8,9. Orang yang mengadopsinya adalah puteri Firaun (keluaran
2:5).


[ Siapa yang salah catat di sini? Musa atau Muhammad? Musa sebagai nabi
terbesar Yahudi, sebagai


penutur/penulis riwayatnya ini sendiri, akankah mencatat salah, dan diikuti
salah oleh seluruh nabi-nabi lain dan umat Israel?


6.2. Air bah
Nuh tidak berlangsung pada zaman Musa sebagaimana yang Alquran katakan (Surat
7:136, 137, 138 bandingkan Surat 7:59). Kesalahan ini tidak mudah dapat
disingkirkan.


6.3. Alquran
menyatakan bahwa Haman hidup di Mesir pada zaman Musa dan dia bekerja untuk
Firaun membangun Menara Babel (Surat 27:4-6; 28:39; 40:23, 24,36,37). Tetapi
sesungguhnya Haman hidup di Persia dan melayani raja Ahasyweros.


Untuk lebih terperinci lihat Kitab Ester 8. [ Rupa-rupanya Muhammad mengira
Ahasyweros ini salah satu Firaun di Mesir].


Kesalahan ini sungguh sangat serius karena tidak saja bertentangan dengan
Alkitab tetapi juga bertentangan dengan sejarah sekuler.


6.4.
Penyaliban tidak digunakan di Mesir pada zaman Firaun, walaupun Alquran
menyatakan demikian dakam Surat 7:124.


7. Kesalahan
Mengenai Maria (Sayidatina
Siti Maryamal-Adzra
[Bunda Maria, Perawan Maria yang Murni] bukan Miryam tapi Maryam)


Alquran mengandung banyak kesalahan mengenai Maria, ibu Yesus:


7.1. Ayah
Maria bukan Imran (Surat 66:12)


7.2. Maria
tidak melahirkan Yesus di bawah pohon palem sendirian (Surat 19: 22-25), tetapi
di sebuah kandang diteman oleh Yusuf (Lukas 2: 1-20).


7.3. Muhammad
mengalami kebingungan membedakan ibu Yesus, Maria dengan saudara perempuan Musa
dan Harun, Miryam (Surat 19:28). Hal ini merupakan kesalahan serius karena
menunjukkan bahwa Muhammad tidak mempunyai pemahaman mengenai perbedaan periode
untuk tokoh-tokoh yang tertulis dalam Alkitab.


7.4. Muhammad
dengan jelas mengarang-ngarang cerita dan mujizat bohong-bohongan yang terjadi
bagi Maria (Surat 19: 23-26).


7.5. Zakharia
tidak dapat berbicara terus sampai anaknya lahir (Lukas 1:20), bukan hanya
selama tiga malam seperti yang dinyatakan oleh Alquran (Surat 19:10).


[NB. Muhammad membuat kekeliruan fatal atas wahyu yang mengisahkan tentang
Zakharia:


1). Bisunya Zakharia selama 3 malam?!


Bisu mendadak untuk 3 malam adalah “sepele”, dalam artian bahwa itu bukan
berita yang menggemparkan bagi suatu tanda Allah yang ingin dikhususkan bagi
penghukuman Zakharia yang menolak percaya bagi kehamilan mujizat Allah.
Sebaliknya Alkitab menyebutkan 2 tanda khusus yang langsung berkaitan dengan
kehamilan DAN kelahiran mujizat. Yaitu bisu sepanjang kehamilan 9 bulan, DAN
mendadak hilang bisu ketika kelahiran Yahya terjadi! Maka tanda-tanda ajaib ini
menjadi kegemparan dan ketakutan dan buah tutur bagi seluruh penduduk desanya
ketika tiba-tiba Zakharia bisa berkata-kata kembali. Kisah Alkitab ini tidak
mungkin bohong-bohongan karena para saksi atas


kejadian ini adalah orang-orang seisi desa dan sekitarnya. Juga termasuk Maria
yang sempat mengunjungi keluarga ini (Lukas 1:39-66).


2) Zakharia memelihara perawan Maria?! QS 3:37:”..., dan Allah menjadikan
Zakharia pemeliharanya (Maryam). Setiap Zakharia masuk menemui (Maryam) di
Mihrab, dia dapati makanan di sisinya, Zakharia berkata, “Hai Marya, dari mana
engkau memperolehnya?’ Maryam menjawab, ‘Itu dari Allah.’ Sesungguhnya Allah
memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya dengan tiada terhitung.”


Muhammad terjebak dalam ketidak-tahuan akan tradisi ritual dan kesukuan Yahudi.
Zakharia tidak tinggal di Bait Allah di Yerusalem, jadi tak mungkin dia merawat
Maria di sana. Dia , sebagai seorang imam, dipilih oleh rakyat untuk melayani
(secara bergiliran dengan undi) di bait suci di Yerusalem tersebut hanya untuk
sementara waktu! (lukas 1:5-40). Tak seorangpun dalam keadaan apapun boleh
tinggal dalam ruang Maha Kudus; hanya imam agung saja yang diperbolehkan
memasukinya sekali dalam setahun pada Hari Penebusan Dosa, dengan membawa
korban untuk menebus dosa ( 1 raja-raja 8:6, 8, 9; Imamat 16: 2,32,33; Ibrani
9:7). Zakharia tidak memelihara Maria, karena Zakharia berasal dari suku Lewi
(Ibrani 7:14) sedangkan Maria dari suku Yehuda.


Terlebih lagi, Zakharia hidup di Yudea sedangkan Maria tinggal di Nazaret
dengan selisih jarak sehari penuh perjalanan!


Jadi tampaklah seluruh wahyu Muhammad sungguh tidak lulus fakta-fakta kultural!


8. Kesalahan
Sejarah Sekuler


Alquran mengandung kesalahan historis yang kasat mata:


8.1. Salah
satu contoh tertulis dalam Surat 105 di mana Muhammad mengklaim bahwa pasukan
gajah dari Abrah dikalahkan oleh serangan batu yang dijatuhkan oleh
burung-burung dari udara. Menurut catatan sejarah, pasukan Abrah membatalkan
serangannya ke Mekah setelah berjangkitnya penyakit cacar air di kalangan
pasukan tersebut.


8.2. Kaabah
tidak dibangun oleh Adam, dan juga tidak dibangun kembali oleh Abraham. Kaabah
dibangun oleh para para penyembah berhala untuk menyembah batu hitam (meteorit)
yang jatuh dari langit. Abraham tidak pernah hidup/tinggal di Mekah.


[Buktinya? Tidak ada satupun literatur atau kisah tradisi yang bisa ditemukan
sebelum Muhammad mendongengkan sejarah Ibrahim/Ismail di Mekah. Juga tak pernah
ditemukan jejak arkeologi Ibrahim di sana]


8.3. Dalam
Surat 20:87, 95 kita diberitahu bahwa orang-orang Yahudi membuat anak lembu
emas di padang pasir atas saran dari “orang-orang Samaria”. Hal ini jelas
merupakan kesalahan historis karena negara dan orang-orang Samaria belum
exist/terbentuk pada peristiwa tersebut.


Eksistensi Samaria baru muncul ratusan tahun kemudian setelah penawanan bangsa
Israel yang pertama yang dilakukan oleh orang-orang Assyria, dan berikutnya
oleh orang-orang Babilonia.


(Lihat sendiri betapa Penterjemah Alquran, Yusus Ali dll, penterjemah berusaha
menjauhkan kesalahan ini dengan mengaburkannya dalam terjemahannya, namun dalam
bahasa Arabnya, hal ini tetap jelas).


8.4. Salah
satu kesalahan dalam Alquran yang terbesar menyangkut Alexander yang Agung,
yang disebutnya Zulqanaen. Alquran menyatakan bahwa Alexander yang agung adalah
seorang Muslim yang menyembah Allah dan yang hidup sampai hari tuanya (Surat 18: 89-98).


Kesalahan ini sukar sekali diperbaiki karena bukti sejarah mengenai Alexander
menunjukkan bahwa ia bukan seorang Muslim dan dia tidak hidup sampai usia tua.


Encyclopedia Britannica menyatakan: Laporan Muhammad mengenai Alexander, yang
diperkenalkan sebagai “orang yang bertanduk dua” (Surat 18:82), diambil dari
cerita Roman Alexander, yang sangat beredar di kalangan orang-orang Kristen
Nestoria abad ke-7 versi Syriak.


Sehubungan dengan adanya kesalahan historis ini, beberapa orang Muslim modern
telah membuat sanggahan dengan menyatakan bahwa Alquran tidak berbicara
mengenai Alexander.


Namun berdasarkan pada interpretasi Muslim ortodoks mengenai hal itu, bahkan
Yusuf Ali juga mengakui sebagai Berikut:


Saya tidak ragu-ragu sedikitpun bahwa Zul-qarnain yang dimaksud adalah
Alexander yang Agung, Alexander historis, dan bukan Alexander
khayalan/legendaries.


The Concise Dictionary of Islam juga membenarkan pandangan bahwa Alexander yang
Agung adalah subyek yang dimaksud dalam konteks tersebut.


Bahkan Alquran masih juga “menantang keilmuwan” dengan menyatakan bahwa
Alexander yang Agung menempuh jalan searah tenggelamnya matahari dan akhirnya
sampai kepada sumber air yang berlumpur hitam (Surat 18:85,86)!.


Kisah Alexander dapat ditemukan dalam kitab Makabe (Deuterokanonika versi
katolik dan Anagignoskomena versi orthodoks)

9. kontradiksi dalam Alquran

Pertanyataan-pernyataan Alquran saling berkontradiksi dalam banyak hal.


Surat 39:23,28 mengklaim bahwa Alquran bebas dari kontradiksi apapun. Jadi
kalau terdapat satu saja kontradiksi di dalamnya, berarti sudah cukup untuk menunjukkan
bahwa Alquran bukan Firman Tuhan.


1. Seperti yang pernah diperlihatkan, Alquran menawarkan
kepada kita laporan mengenai cara Muhammd menerima Alquran yang saling
bertentangan satu sama lain. [Terjemahan Alquran mencoba menjerumuskan oknum
pewahyu yang sebenarnya banyak itu menjadi seolah-olah hanya satu saja. Namun
asli bahasa Arab memperlihatkan banyak oknum yang berbeda satu dengan lainnya,
dengan sebutan-sebutan yang berbeda].


a. Pertama kita diberitahu bahwa sosok Allah datang pada Muhammad dalam rupa
manusia dan bahwa Muhammad melihat Allah (Surat 53:2-18; 81:19-24).


b. Kemudian kita diberitahu bahwa Rohulqudus-lah yang datang kepada Muhammad
(Surat 16:102; 26:192-194).


c. Selanjutnya Alquran menyatakan bahwa para malaikatlah (jamak) yang
mendatangi Muhammad (Surat
15:8).


d. Versi terakhir dan merupakan versi yang paling popular yaitu bahwa malaikat
Jibril yang menyerahkan Alquran kepada Muhammad (Surat 2:97).


[ Nama spesifik “Jibril” hanya muncul 3 kali di seluruh Alquran yaitu Surat
2:97,98 dan 66:4. Yang lain hanyalah Jibril yang disebut dan ditafsirkan oleh
si penterjemah. Muhammad bahkan tidak mengenal nama ini ketika ia masih berada
di Mekah. Tidakkah itu amat aneh bahwa sesudah belasan tahun berwahyu, Jibril
baru memperkenalkan nama dirinya kepada Muhammad? Para ahli me-nonsens-kan hal
ini, dan menyatakan bahwa Muhammad mengetahui nama tersebut belakangan dari
orang-orang Yahudi dan Kristen].


2. Alquran mengungkapkan 2 hal yang berbeda mengenai lamanya 1 hari di mata
Tuhan, yang pertama bahwa 1 hari adalah 1000 tahun di mata Tuhan, dan yang
kedua bahwa 1 hari adalah 50.000 tahun (bandingkan Surat 32:5 dengan Surat
70:4).


3. Pertama-tama Muhammad mengatakan kepada para pengikutnya untuk menghadap ke
Yerusalem dalam sembahyang mereka. Kemudian dia mengatakan bahwa Mereka boleh
menghadap mana saja waktu mereka sembahyang karena Tuhan ada di mana-mana
(Surat 2:115).


Kemudian dia berubah pikiran lagi dan mengharuskan para pengikutnya menghadap
ke arah Mekah pada waktu mereka sembahyang (Surat 2:144).


Banyak ilmuwan percaya bahwa perubahan-perubahan arah sembahyang tersebut
tergantung pada siapa yang akan disenangkan oleh Muhammad pada suatu waktu.
Apakah untuk menyenangkan orang-orang Yahudi (dengan kiblat ke Yerusalem, atau
untuk para Quraisy penyembah berhala (dengan kiblat ke Mekah).


4. Pertama Muhammad mengatakan bahwa para pengikutnya boleh membela diri kalau
diserang (Surat 22:39). Kemudian dia memerintahkan mereka untuk berperang demi
dirinya (Surat 2:216-218). Hal ini bertujuan untuk mendapatkan harta benda
dengan menjarah para kafilah.


Tetapi dengan makin meningkatnya kekuatan pasukannya, meningkat pula kehausan
akan harta rampasan (Surat 5:33). Maka dia mengumumkan perang untuk menaklukkan
pengikut agama lain, menganiayanya, sekaligus untuk memperoleh barang jarahan
(Surat 9:5,29). Kehendak Allah kelihatannya berubah-ubah sesuai dengan
keberhasilan Muhammad dalam membunuh dan menjarah.


5. Siapa yang pertama-tama beriman? Muhammad atau Musa? (bandingkan Surat 6:14
dengan Surat 7:143) Anda tidak mungkin mempunyai dua orang “pertama” di dua
waktu.


6. Kenyataan bahwa agama Yahudi dan Kekristenan pecah menjadi beberapa aliran
dimanfaatkan dalam Alquran untuk menjadi bukti bahwa baik agama Yahudi maupun
Kekristenan bukanlah berasal dari Tuhan (Surat 30:30-32; Surat 42:13,14)

Namun bahwa Islam sendiri juga pecah menjadi berbagai mazhab/sekte yang saling
bertikai tentulah telah mendustakan Alquran itu sendiri.

7. Rasul
Petrus, salah satu murid-murid Yesus yang dibenarkan Alquran (hawariyyun) juga menyaksikan kebenaran penyelamatan
Tuhan atas 8 nyawa semuanya, baca 2 Petrus 5.

jadi siapa yang korup, Alkitab atau Alquran? Kenapa
Alkitab harus mengkorupi kejadian ini? Quran juga tidak mungkin akan mengkorupi
apa-apa untuk hal-hal semacam ini, kecuali Muhammad mendengarnya dari
sumber-sumber yang membuatnya keliru.