Perintah untuk menguduskan hari Sabat, pada intinya adalah untuk mengkhususkan hari tersebut untuk Tuhan, dan menjadikannya sebagai hari istirahat.
KGK 2173 Injil memberitakan
kejadian-kejadian, di mana Yesus dipersalahkan karena Ia melanggar
perintah Sabat. Tetapi Yesus tidak pernah melanggar kekudusan hari ini
(Bdk. Mrk 1:21; Yoh 9:16). Dengan wewenang penuh Ia menyatakan artinya
yang benar: “Hari Sabat diadakan untuk manusia, bukan manusia untuk hari
Sabat” (Mrk 2:2). Dengan penuh belas kasihan Kristus menuntut hak,
supaya melakukan yang baik daripada yang jahat dan menyelamatkan
kehidupan daripada merusakkannya pada hari Sabat (Bdk. Mrk 3:4). Hari
Sabat adalah hari Tuhan yang penuh kasih dan penghormatan Allah (Bdk.
Mat 12:5; Yoh 7:23). “Jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari
Sabat” (Mrk 2:28).
Oleh karena prinsip inilah, maka Kristus menyembuhkan seorang yang
sakit busung lapar pada hari Sabat (Luk 14:1-6), sebab menolong sesama
yang menderita merupakan salah satu wujud nyata perbuatan kasih kepada
sesama, atas dasar kasih kepada Tuhan. Dengan demikian perbuatan yang
dilakukan Yesus adalah penggenapan hukum Sabat dan bukan pelanggaran
atas hukum Sabat.Demikianlah, penggenapan hukum Taurat oleh Kristus tidak selalu sama dengan yang secara harafiah dipahami oleh bangsa Yahudi. Kristus menggenapinya dengan memberikan makna yang baru pada hukum Sabat (oleh karena itu disebut Perjanjian Baru) dengan kebangkitan-Nya pada hari pertama dalam minggu, yaitu pada hari Minggu, dan karenanya menandai hari Tuhan dengan hari pertama penciptaan, sebab mereka yang percaya kepada Kristus adalah ciptaan yang baru.
KGK 2174 Yesus telah bangkit dari
antara oang mati pada “hari pertama minggu itu” (Mat 28:1; Mrk 16:2; Luk
24:1; Yoh 20:1). Sebagai “hari pertama”, hari kebangkitan Kristus
mengingatkan kita akan penciptaan pertama. Sebagai “hari kedelapan”
sesudah hari Sabat (Bdk. Mrk 16:1; Mat 28:1), ia menunjuk kepada ciptaan
baru yang datang dengan kebangkitan Kristus. Bagi warga Kristen, ia
telah menjadi hari segala hari, pesta segala pesta, “hari Tuhan” [he
kyriake hemera, dies dominica], “hari Minggu”.
“Pada hari Minggu kami semua berkumpul, karena itulah hari pertama, padanya Allah telah menarik zat perdana dari kegelapan dan telah menciptakan dunia, dan karena Yesus Kristus. Penebus kita telah bangkit dari antara orang mati pada hari ini” (Yustinus, apol. 1,67).
“Pada hari Minggu kami semua berkumpul, karena itulah hari pertama, padanya Allah telah menarik zat perdana dari kegelapan dan telah menciptakan dunia, dan karena Yesus Kristus. Penebus kita telah bangkit dari antara orang mati pada hari ini” (Yustinus, apol. 1,67).
KGK 2175 Hari Minggu jelas berbeda
dari hari Sabat, sebagai gantinya ia – dalam memenuhi perintah hari
Sabat – dirayakan oleh orang Kristen setiap minggu pada hari sesudah
hari Sabat. Dalam Paska Kristus, hari Minggu memenuhi arti rohani dari hari Sabat Yahudi
dan memberitakan istirahat manusia abadi di dalam Allah. Tatanan hukum
mempersiapkan misteri Kristus dan ritus-ritusnya menunjukkan lebih
dahulu kehidupan Kristus (Bdk. 1Kor 10:11).
“Mereka yang hidup menurut kebiasaan lama sampai kepada harapan baru dan tidak lagi menaati hari Sabat, tetapi hidup menurut hari Tuhan, pada hari mana kehidupan kita juga diberkati oleh Dia dan oleh kematian-Nya…” (Ignasius dari Antiokia, Magn. 9, 1).
“Mereka yang hidup menurut kebiasaan lama sampai kepada harapan baru dan tidak lagi menaati hari Sabat, tetapi hidup menurut hari Tuhan, pada hari mana kehidupan kita juga diberkati oleh Dia dan oleh kematian-Nya…” (Ignasius dari Antiokia, Magn. 9, 1).
KGK 2176 Perayaan hari Minggu
berpegang pada peraturan moral, yang dari kodratnya telah ditulis dalam
hati manusia: memberikan kepada Allah “satu penghormatan yang tampak,
yang resmi dan yang teratur sebagai peringatan akan perbuatan baik dan
umum, yang menyangkut semua manusia” (Tomas Aqu., s.th. 2-2,122,4).
Perayaan hari Minggu memenuhi perintah yang berlaku dalam Perjanjian
Lama, dengan mengambil irama dan semangatnya, di dalam merayakan
Pencipta dan Penebus umat-Nya setiap minggu.
Di samping sebagai hari rahmat, hari tersebut juga merupakan hari istirahat:
KGK 2184 Sebagaimana Allah berhenti
pada hari ketujuh, setelah Ia menyelesaikan seluruh pekerjaan-Nya” (Kej
2:2), demikianlah kehidupan manusia mendapat iramanya melalui pekerjaan
dan istirahat. Adanya hari Tuhan memungkinkan bahwa semua orang memiliki waktu istirahat dan waktu senggang yang cukup untuk merawat kehidupan keluarganya, kehidupan kultural, sosial, dan keagamaan (Bdk. GS 67,3).
KGK 2185 Pada hari Minggu dan hari-hari pesta wajib lainnya, hendaknya umat beriman tidak melakukan pekerjaan dan kegiatan-kegiatan yang merintangi ibadat yang harus dipersembahkan kepada Tuhan atau merintangi kegembiraan hari Tuhan atau istirahat yang dibutuhkan
bagi jiwa dan raga (Bdk. KHK, kan. 1247). Kewajiban-kewajiban keluarga
atau tugas-tugas sosial yang penting memaafkan secara sah perintah
mengikuti istirahat pada hari Minggu. Tetapi umat beriman harus
memperhatikan bahwa pemaafan yang sah tidak boleh dijadikan kebiasaan
yang merugikan penghormatan kepada Allah, kehidupan keluarga, dan
kesehatan.
“Kasih akan kebenaran mendorong untuk mencari waktu senggang yang kudus; kasih persaudaraan mendesak untuk menerima pekerjaan dengan sukarela” (Agustinus, civ. 19,19).
“Kasih akan kebenaran mendorong untuk mencari waktu senggang yang kudus; kasih persaudaraan mendesak untuk menerima pekerjaan dengan sukarela” (Agustinus, civ. 19,19).
KGK 2186 Warga Kristen yang mempunyai
waktu luang, harus ingat akan saudara dan saudarinya, yang mempunyai
kebutuhan dan hak yang sama, namun karena alasan kemiskinan dan
kekurangan tidak dapat istirahat. Di dalam tradisi kesalehan Kristen, hari Minggu biasanya dipergunakan untuk karya amal
dan pengabdian rendah hati kepada orang sakit, orang carat, dan orang
lanjut usia. Orang Kristen hendaknya juga menguduskan hari Minggu dengan
memperhatikan sanak-saudara dan sahabat-sahabatnya yang kurang mendapat perhatian mereka pada hari-hari lain dalam minggu. Hari Minggu adalah hari untuk permenungan, keheningan, pembinaan, dan meditasi yang memajukan pertumbuhan kehidupan Kristen.
KGK 2187 Pengudusan hari Minggu dan hari-hari pesta menuntut usaha bersama. Seorang Kristen harus berhati-hati, supaya jangan tanpa alasan mewajibkan seorang lain melakukan sesuatu yang dapat menghalang-halanginya untuk merayakan hari Tuhan.
Juga apabila kegiatan-kegiatan (umpamanya yang bersifat olahraga dan
ramah-tamah) dan kepentingan-kepentingan sosial (seperti pelayanan
umum) menuntut, agar orang tertentu bekerja pada hari Minggu, tiap
orang harus mencari waktu luang yang cukup untuk dirinya. Orang Kristen
hendaknya berusaha dengan tenang dan penuh kasih, supaya menghindarkan
kekacauan dan kekejaman, yang biasanya timbul dalam
pergelaran-pergelaran massa. Kendati ada tuntutan ekonomi, para penguasa
harus mengusahakan bagi para warganya waktu yang diperuntukkan
bagi istirahat dan ibadat. Para majikan mempunyai kewajiban yang
serupa terhadap karyawannya.
KGK 2188 Orang Kristen harus berusaha
agar hari Minggu dan hari-hari pesta Gereja diakui sebagai hari libur
umum, sambil memperhitungkan kebebasan beragama dan kesejahteraan umum
bagi semua. Mereka harus memberi teladan publik mengenai doa,
penghormatan, dan kegembiraan, dan membela adat kebiasaan mereka sebagai
sumbangan yang sangat bernilai untuk kehidupan rohani dari masyarakat
manusia. Seandainya perundang-undangan negara atau alasan-alasan
lain mewajibkan orang bekerja pada hari Minggu, namun hari ini
hendaknya tetap dirayakan sebagai hari penebusan kita, yang
membuat kita mengambil bagian pada “suatu kumpulan yang meriah”, pada
“jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di surga” (Ibr
12:22-23).
Dengan demikian, yang terpenting adalah, pada hari Minggu kita
merayakan hari penebusan kita. Jika memungkinkan, maka Gereja
menganjurkan agar kita beristirahat dari pekerjaan kita selama seminggu
itu, dan mengkhususkan hari itu untuk Tuhan, untuk meluangkan waktu bagi
keluarga dan sesama, dan untuk beristirahat. Jika karena satu dan lain
hal kita terpaksa harus bekerja pada hari Minggu, tetap harus dipenuhi
kewajiban kita untuk menguduskan hari Tuhan, yaitu dengan mengikuti
perayaan Ekaristi pada hari Minggu, atau Sabtu malam sebelumnya.
Selanjutnya silakan tetap diperhatikan ketentuan untuk menyediakan waktu
untuk beristirahat dan memperhatikan sesama, terutama anggota keluarga.
Mereka yang mempunyai karyawan perlu memperhatikan hal ini, yaitu untuk
tidak menghalangi jika karyawan mereka mau beribadah pada hari Tuhan
dan untuk memberikan hari istirahat kepada karyawannya.SUMBER : KATOLISITAS.ORG
tulisan "hari minggu" tidak pernah ada dalam Alkitab.. sebaliknya tulisan "hari sabat" lebih dari 100x.. Artinya apa,, Hari minggu bukanlah Hari Tuhan.. Hari Minggu tidak pernah disebutkan oleh Allah, Nabi bahkan Yesus sendiri untuk dijadikan Hari Peristirahatan.. Karena hanya Hari SabatLah, hari dimana Allah berhenti dari pekerjaan Penciptaan.. Dan Hari Ketujuh (Hari Sabat) yang dipilih Tuhan untuk diasingkan sebagai hari dimana manusia(ciptaan) datang sujud menyembah padaNya..
ReplyDeleteJadi Hari Sabat adalah bendera Allah yang harus dikibarkan.. Hari Sabat juga adalah hari yang diperintahkan Allah untuk beribadah dan hari itu adalah Kudus.. Jika bendera yang dikibarkan adalah bendera yang lain dan perintah yang diikuti juga adalah perintah yang lain,, Siapakah tuan kita sebenarnya??
Marilah kita beribadah sesuai aturan Pencipta kita..
Hari sabat ada hari Tuhan ada juga disebutkan dalam kitab Perjanhuan Baru. Baca kitab wahyu
ReplyDelete