Saturday 29 March 2014

BAPTISAN PERCIK ATAU SELAM??

Baptisan telah menjadi amanat agung dari Yesus kepada muridNya.
Mat 28:19--'Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus.'

Artikel ini adalah pelengkap dari artikel tentang BAPTISAN
Namun, perdebatan apakah baptis mana yang benar sudah ada sejak dulu, dan sekarang menghangat kembali.

Dalam Katolik, jelas sekali, baik baptis percik atau selam, sama dan diakui, namun ada kalangan ekstremis yang ngotot baptis itu harus selam, berikut beberapa argumen tambahan kenapa tidak harus selam??


1.Ketika Paulus membaptis 3 orang didalam Kis 2:41 tecatat bahwa anggota Gereja bertambah 3.000 orang pada Pentakosta. Coba bayangkan berapa banyak waktu dan air yang diperlukan unutk mencelup orang sebanyak itu. Para arkeolog telah membuktikan bahwa tidak ada persediaan air di sekitar Yerusalem untuk mencelup 3.000 orang. Seandainya pun ada, kecil kemungkinan penduduk asli Yerusalem bersedia merelakan cadangan air mereka yang berharga untuk mencelup tubuh 3.000 orang lengkap dengan debu dan kotoran tubuh mereka. Kemungkinan besar mereka dibaptis dengan percik (atau curah)

2Pembaptisan Paulus, Pada Kis 9:18, diceritakan bahwa setelah dapat melihat, Paulus berdiri dan dibaptis. Paulus tidak diceritakan keluar rumah, mencari sungai lalu dicelup

3. Keadaan yang tidak memungkinkan, sekarang cobalah berpikir bagaimana bila seorang Kristen dihadapkan pada seseorang yang ingin dibaptis tetapi orang tersebut berada di gurun Sahara atau di Kutub Utara? Mungkin ilustrasi yang lebih mengena, misalkan seseorang yang terbaring tak berdaya di saat terakhir hidupnya memutuskan untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan ingin dibaptis. Bayangkan pula situasi penjara atau ruangan bawah tanah sementara penganiayaan terhadap Gereja berlangsung. Sebuah tragedi akan terjadi bila pembaptisan ditolak hanya karena tidak terdapat cukup air untuk mencelup tubuh bagian atas. Pada situasi ini, metode baptis yang tepat tentunya percik atau curah. Beberapa denominasi Protestan yang bersikukuh akan baptis selam rupanya juga berpandangan bahwa pembaptisan bukanlah syarat pertama seseorang unutk dipersatukan ke Tubuh Mistik Yesus sehingga dalam keadaan sulit seperti di atas, pembaptisan dapat dikesampingkan, yang penting orang tersebut mengakui dengan hatinya. Hal ini ditolak oleh Gereja Katolik.

Baptisan pada Gereja Perdana

Didache, sebuah karya mengenai Gereja Perdana, tidak termasuk kanon Kitab Suci meski demikian menghadirkan bukti sejarah penting mengenai kebiasaan Gereja Perdana. Didache ditulis sekitar tahun 70 M, saat para Rasul masih hidup sehingga dapat dipercaya kebenarannya. Didache mencatat:

"Concerning baptism, baptize in this manner: Having said all these things beforehand, baptize in the name of the Father and of the Son and of the Holy Spirit in living water [that is, in running water, as in a river]. If there is no living water, baptize in other water; and, if you are not able to use cold water, use warm. If you have neither, pour water three times upon the head in the name of the Father, Son, and Holy Spirit."
Bukti arkeologis

Sebuah mosaik di katakombe melukiskan seseorang menerima baptisan dengan curah meski saat itu dia sedang berdiri di sungai. Masuk dan keluar dari air tidak bearti seseorang diselam. Baptis curah tetap dapat dilakukan di sungai dan nampaknya ini adalah praktik Gereja Perdana. 

Baptism, Katakombe St.Calistus, Roma

Hal-hal di atas mementahkan klaim beberapa denominasi Protestan bahwa baptis haruslah selam. Metode baptis ada tiga yaitu selam, curah dan percik. Ketiganya adalah sah. Kesimpulan lain yang harus dipegang adalah Sakramen Baptis adalah keharusan bagi keselamatan manusia.

Terakhir kita bisa melihat apa yang bapa-bapa Gereja katakan soal pembaptisan:

St. Hipolitus dari Roma dalam tulisan Tradisi Para Rasul yang ditulis pada tahun 215 M mengatakan, “Anak-anak haruslah dibaptis pertama kali. Semua anak yang dapat menanggapi [pembaptisan] untuk dirinya sendiri, hendaklah mereka menanggapinya. Bila ada anak-anak yang tidak dapat menanggapi [pembaptisan] untuk dirinya sendiri, hendaklah orang tua mereka menanggapinya untuk mereka, atau seseorang lain dari keluarga mereka.

7 comments:

  1. Tak dapat dipungkiri bahwa baptisan mula-mula, yang dilakukan oleh Yohanes pembaptis atas perintah Allah adalah baptis selam. Yesus Kristus juga dibaptis selam. Lalu sejak kapan gereja MENGUBAH baptis selam menjadi baptis guyur atau baptis percik? Kita perlu mengetahui sejarahnya, sejarah baptisan, sehingga bisa memahami apakah PERUBAHAN dari model baptisan ini memang Perintah Tuhan melalui sebuah pewahyuan, ataukah sekedar keputusan gereja dengan alasan lebih praktis.

    Tradisi baptisan percik berawal tatkala seluruh kekaisaran Romawi harus memeluk agama Kristen, karenaKaisar Theodosius di tahun 380 M, mengeluarkan “dekrit/edict Theodosius” yang isinya mengatakan bahwa “Agama kekaisaran Romawi adalah agama Kristen“.

    Dampak dari keputusan tersebut, adalah Kristenisasi massal di seluruh wilayah kekaisaran Romawi (Kalau tidak menjadi Kristen, akan berhadapan dengan tentara Romawi dan dihukum). Akibat kristenisasi massal tersebut, maka terjadilah baptisan selam besar-besaran. Situasi yang seperti itu, membuat kolam-kolam dan sungai-sungai menjadi sangat sesak. Akibatnya untuk memudahkan, maka orang-orang tersebut akhirnya dipercik dengan air. Alasan “praktis” yang terjadi karena sikon yang darurat itu, kemudian dijadikan “tradisi” oleh gereja Katolik (ingat saat itu di Barat, tidak ada aliran2 gereja, hanya ada gereja Katolik).

    Demikianlah Gereja Katolik kemudian mempraktekkan dua macam baptisan, yaitu “selam = immersion” dan “percik = pouring/sprinkling) dalam kehidupan rohani gereja. Baptis percik dilakukan apabila ada kondisi yang tidak memungkinkan dilakukannya baptisan selam, misalnya orang yang akan dibaptis tersebut sedang sakit keras, ataupun situasi darurat lainnya.

    Thomas Aquinas (1225-1274), salah seorang teolog terkemuka gereja katolik, pernah menyatakan bahwa baptisan selam adalah metode yang lebih “aman” meskipun ia juga mengakui baptisan dengan cara percik atau curah. (Thomas Aquinas (cir. A.D. 1225-1274), one of the most prominent Catholic theologians, acknowledged that immersion was the “safer” mode, though he allowed sprinkling or pouring). (Sumber: http://www.newadvent.org/summa/4066.htm)

    Penggunaan baptisan percik yang terbatas dalam sikon darurat tsb, dikukuhkan dalam “the Council of Nemours” (A.D. 1284) yang mengeluarkan kebijakan bahwa “limited sprinkling to cases of necessity.”

    Akhirnya di tahun 1311 dalam Konsili Ravenna, Gereja Katolik meresmikan “baptisan percik” sebagaisatu-satunya cara baptis yang dilakukan gereja. Alasannya adalah baptisan selam tidak lagi penting sebab cara baru yaitu dengan dipercik adalah cara baptis yang dipakai gereja. (Baptism went for many years without change until the Catholic Church made the distinction that full immersion was no longer necessary in 1311 at the Council of Ravenna. They determined that full immersion was unnecessary and the term ‘pouring’ was the new accepted way of performing the baptism).

    Demikianlah baptisan percik menjadi satu-satunya cara membaptis bagi petobat baru yang dipakai oleh Gereja Katolik sejak tahun 1311.

    Katolik meletakkan TRADISI di atas Alkitab; yakni mendahulukan keputusan gereja ketimbang ayat-ayat Alkitab.

    Selengkapnya tentang Sejarah Baptisan, silahkan kunjungi LINK berikut:

    http://rohsuci.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya, beberapa hal penting yang perlu saya koreksi adalah, tidak ada Konsili Ravenna. Situs katolik newadven.org tidak mencatat pertemuan uskup di Ravenna sebagai konsili ekumenikal, tetapi hanya sinode biasa, dan tidak berpengaruh kepada magisterium. Yang ada adalah, katolik tetap menerima kedua bentuk baptisan tersebut.

      Many early accounts of baptism indicates there were many forms. immersion, sprinkling or pouring. The Catholic Church accepts all of these, not just sprinkling. But the real point is this. What does this person really think Baptism does? Is it symbolic or is truly efficacious? If it is symbolic, what [possible difference does it make? If it is efficacious, what effect does it have?

      Finally, where in the Bible does it explicitly say Baptism by immersion only? Oh there is the inference at Christ's baptism, but only an inference. If baptism by immersion was so important, then it is reasonable to think God would have made clear the right way to do it. Like He did when He explained that we must eat His flesh and drink His Blood in John Chapter 6.

      Shalom

      Delete
    2. Tulisan didache (abd 4) yang penah saya baca mengatkan baik methode mana pun adalah sama dalam hal effiicacousnya....

      Berangkat dari sini, dan fakta bahwa tidak ada aturan baku yang di tetapkan Tuhan, maka sprinkled juga berkenan

      Delete
    3. Penentuan tradisi suci yang akan diikuti tidak asal-asalan dan yang pastinya tidak boleh bertentangan dengan ajaran Firman Tuhan.

      KGK 80 “Tradisi Suci dan Kitab Suci berhubungan erat sekali dan terpadu. Sebab keduanya mengalir dari sumber ilahi yang sama, dan dengan cara tertentu bergabung menjadi satu dan menjurus ke arah tujuan yang sama” (DV 9). Kedua-duanya menghadirkan dan mendaya-gunakan misteri Kristus di dalam Gereja, yang menjanjikan akan tinggal bersama orang-orang-Nya “sampai akhir zaman” (Mat 28:20).

      KGK 81 “Kitab Suci adalah pembicaraan Allah sejauh itu termaktub dengan ilham Roh ilahi”.”Dan Tradisi Suci, menyalurkan secara keseluruhan Sabda Allah, yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus dipercayakan kepada para Rasul. Tradisi menyalurkan Sabda Allah kepada para pengganti Rasul, supaya mereka ini dalam terang Roh kebenaran dengan pewartaan mereka, memelihara, menjelaskan, dan menyebarkannya dengan setia” (DV 9).

      KGK 82 “Dengan demikian maka Gereja”, yang dipercayakan untuk meneruskan dan menjelaskan wahyu, “menimba kepastiannya tentang segala sesuatu yang diwahyukan bukan hanya melalui Kitab Suci. Maka dari itu keduanya [baik Tradisi maupun Kitab Suci] harus diterima dan dihormati dengan cita rasa kesalehan dan hormat yang sama” (DV 9).

      KGK 83 Tradisi yang kita bicarakan di sini, berasal dari para Rasul, yang meneruskan apa yang mereka ambil dari ajaran dan contoh Yesus dan yang mereka dengar dari Roh Kudus. Generasi Kristen yang pertama ini belum mempunyai Perjanjian Baru yang tertulis, dan Perjanjian Baru itu sendiri memberi kesaksian tentang proses tradisi yang hidup itu. Tradisi-tradisi teologis, disipliner, liturgis atau religius, yang dalam gelindingan waktu terjadi di Gereja-gereja setempat, bersifat lain. Mereka merupakan ungkapan-ungkapan Tradisi besar yang disesuaikan dengan tempat dan zaman yang berbeda-beda. Dalam terang Tradisi utama dan di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja, tradisi-tradisi konkret itu dapat dipertahankan, diubah, atau juga dihapus.

      Delete
  2. LINK selengkapnya untuk Sejarah Baptisan,

    http://rohsuci.blogspot.com/2014/05/sejarah-baptisan-air.html

    ReplyDelete
  3. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    ReplyDelete
  4. Didake adalah bukti praktek gereja perdana mula mula jadi abad 21 sekarang ini jangan aneh aneh merasa baptisan sepihak benar

    ReplyDelete